Kisah MasyarakatProduk

NAI SI PUK (KAMPUNG BINTANG)

Kawasan Kampung Bintang Di kota Pangkalpinang pada awal sejarah berdirinya merupakan lokasi parit penambangan timah. Pada kawasan ini terdapat kolong atau parit bekas penambangan timah yang disebut masayarakat Kulong Bintang. Proses penambangan timah yang memisahkan antara tanah galian deangan pasir timah menghasilkan lumpur tanah liat yang oleh orang Bangka dikenal sebutan tai pari atau dalam bahasa lainnya oleh orang Bangka disebut tailing. Karena banyaknya tailing yang menumpuk dab umumnya pekerja parit penambangan timah adalah orang Cina dan mereka tinggal dilokasi tai parit, maka kawasan tailing yang menumpuk dijadikan permukiman mereka disebut dengan nama Nai Si Puk.

Nama-nama kampung pemukiman awal masyarakat Pangkalpinang memang umumnya dinamakan dengan menggunakan bahasa Cina dialek Hakka dan berkaitan erat dengan sejarah penambangan timah seperti penamaan Sung Sa Thi (kampung Pasir Putih), Yung Foo Hin (Kampung Semabung), Thiat Phu (Kampung Besi), Parit Baciang (Kampung Bacang), Si Luk (Kampung Parit 46), Parit Lalang dan sebagainya. Sebutan-sebutan menggunakan bahasa Cina dialek Hakka termasuk melekat dan masih digunakan oleh sebagian masyarakat Pangkal pinang atau orang Bangka hingga saat ini.

Pada sekitar bulan November 1907 masehi orang-orang Cina di Pangkalpinang yang umumnya pekerja pada parit penambangan timah mendirikan Cabang Partai Persatuan Rakyat yang berpaham nasionalis. Partai ini kemudian pada tahun 1911 Masehi memproklamir namanya menjadi Kuo Min Tang (KMT) (Pinyin: Zhongguo Guomindang).

Partai Nasionalis didirikan Cina oleh Sun Yat Sen dengan tujuan revolusi melawan kekaisaran Dinasti Qing (Dinasti Manchu) dan kemudian mendirikan Republik China serta melakukan berbagai pembaruan politik di China.

Dengan asas San Min Chu I, Sun Yat Sen bercita-cita setelah kekaisaran Dinasti Manchu runtuh dan berakhir akan membentuk satu pemerintah pusat yang demokrasi Ajaran San Min Chu I (Tiga Asas Kerakyatan) meliputi mintsen (kebangsaan atau nasionalisme), mintsu kerakayatan atau demokrasi), minsheng (kesejahteraan atau sosialisme).

Pada kompleks makam China Sentosa yang terletak di Jalan Sukarno Hatta Pangkalpinang (pada pintu gerbang dan Paithin berangka tahun 1935 Masehi) terdapat makam Oen Nyiem Foek yang meninggal tahun 1915 Masehi tertulis Min Kwet Sin Ngian.

Aktivitas kaum Nasionalis (Kuo Min Tang) Pangkalpinang semakin meningkat sekitar tahun 1920 M dengan berdirinya pusat pendidikan orang dewasa Soe Po Sia (M:Shubaoshe) Dan berdirinya beberapa THKK (Tiong Hoa Hwe Koan). Perkumpulan Soe Po Sia (M:Shubaoshe) antara lain melakukan propaganda anti produk jepang melalui buku dan koran.

Orang-orang Cina di Pangkalpinang juga kemudian mendirikan partai Kuo Chang Tang (Pinyin:Zhongguo Gongchandang). Partai berpaham komunis ini didirikan Cina pada bulan juli tahun 1921 Masehi oleh Mao Zedong. Sejak tahun 1925 Masehi, konflik (perang sudara) perebutan kekuasaan antara kaum Nasionalis (Kuo Min Tang) dan kaum Komunis (Kuo Chang Tang) terjadi dan tidak dapat dihindari. Setelah perang dunia II, Perang Saudara Cina antara Partai Komunis Cina dan Kuo Min Tang berakhir pada tahun 1949 Masehi dengan pihak Komunis menguasai Cina Daratan (Tiongkok) dan Kuo Min Tang mengusai Taiwan dan beberapa pulau-pulau lepas pantai di Fujian.

Pada tanggal 1 Oktober 1949 Masehi, Mao Zedong memproklamasikan Republik Rakyat Cina (RRC) menjadi sebuah negara Komunis. Sejak berdirinya dua partai di Cina termasuk pendirian cabangnya di Pangkalpinang. Di antara orang-orang Cina di Pangkalpinang sering terjadi perselisihan dan mereka selalu membawa bendera masing-masing yang intinya bergambar Bintang. Perselisihan tentang bendera ini terjadi sekitar tahun 1927 Masehi antara lain dengan pemaksaan kehendak orang-orang Cina pro-Nasionalis di Pangkalpinang yang menghendaki digantinya bendera Tiongkok disalah satu sekolah di Pangkalpinang.

Orang-orang Bangka khususnya orang Pangkalpinang kemudian menamakan kawasan Nai Si Puk yang pada waktu itu banyak berkibar bendera bergambar binatang dengan sebutan kampung binatang. Kawasan Nai Si Puk atau kawasan kampung binatang awalnya berbatasan sebelah utara dengan jalan ke sekolah HCS (Hollandsch Chineesche school: sekarang SMP Negeri 1 pangkalpinang berdiri sejak tahun 1971 masehi), sebelah barat berbatasan dengan dengan kawasan kampung Parit Lalang, sebelah timur berbatasan dengan kawasan kampung Gudang Padi dan sebelah selatan berbatasan dengan kampung Betur.

Masyarakat yang bermukim pertama kali di suatu wilayah tentunya memberi nama pada unsur-unsur geografi di lingkungannya. Tiap nama unsur geografi di Indonesia biasanya terdiri atas dua bagian kata yaitu generik, merupakan sebutan untuk unsur kata pertama tersebut dalam bahasa Indonesia atau bahasa lokal/etnis, misalnya nama generik “pengkal atau pangkal” serta nama spesifik atau nama diri dari unsur tersebut “pinang” (areca chatecu), yang dalam bahasa Mandarin disebut Pinlang atau Pinkong dalam dialek Hakka yang kemudian disatukan menjadi asal nama tempat (place name) Pangkalpinang. Nama geografi juga diberikan berdasarkan potensi yang ada di lingkungannya dari sudut pandangan filosofi, sejarah, budaya, tatanan sosial, ataupun vegetasi dan hewan dengan kata lain,nama-nama unsur geografi bukan hanya sekedar nama, tetapi di belakang nama tersebut adalah sejarah yang panjang dari pemukiman manusia.

Nama sebuah tempat dapat menyimpan berbagai fenomena pada zaman tertentu, aktivitas masyarakat saat nama itu dibentuk, termasuk juga konteks, ekonomi, politik, dan sosial budaya yang terjadi saat itu. Tujuan memberi nama pada unsur geografi adalah untuk identifikasi atau acuan dan sebagai sarana komunikasi antar sesama manusia.

Dengan demikian nama-nama unsur geografi sangat terkait dengan sejarah pemukiman dan peradapan manusia.Secara harfiah nama tempat (place name), menurut nama ahli tofografi indonesia Profesor Jacub Rais tidak harus diartikan sebgai nama pemukiman tempat tinggal, tetapi nama unsur geografi yang ada disuatu tempat atau daerah, seperti sungai, bukit, gunung, pulau, tanjung, kawasan dan sebagainya. Unsur-unsur ini dikenal secara luas sebagai unsur “topografi”.

Masyarakat Pangkalpinang adalah salah satu contoh smelt port society yaitu masyarakat yang beragam identitas kemudian membaur menjadi satu komunitas yang berhasil menata persinggungan antar  budaya (shift), persengketan budaya (clash) yang melahirkan sikap penentangan atau rejection.

Penataan persinggungan antar budaya dilakukan secara arif oleh masyarakat Pangkalpinang agar mereka kemudian dapat hidup secara serasi dan selaras atau harmonis dalam menghadapi berbagai dinamika perubahan yang begitu cepat terjadi di lingkungannya.

Wujud dari pluralistik masyarakat Pangkalpinang tampak pada penanda kota atau ciri-ciri tersebut kemudian sebagian tertinggal sebagai data arkeologi, sejarah, arsitektur, dan sebagaian lain yang lebih besar jumlahnya musnah oleh faktor alam dan faktor manusia.

Data-data tersebut dapat berupa artefak dalam berbagai bentuk bangunan (living monument) dan data ruang, sedangkan data non artefak yang ditinggalkan berupa bahasa, tradisi, adat istiadat, seni budaya dan nama tempat (place name) atau toponim.

Salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Pangkalpinang saat ini adalah dengan tetap mempertahankan atau menggunakan nama satu tempat berdasarkan sejarah pembentukannya seperti penamaan kampung Nai Si Puk atau Kampung Bintang.

(@RP)

SUMBER: Kampoeng di Bangka, jilid 1, Drs. Akhmad Elvian

Related Articles

Back to top button