Berita

Menggali Kekayaan Budaya Bangka Belitung: Mengenal Lebih Dekat Tradisi “Nganggung” yang Sarat Makna

PANGKALPINANG – Bagi Anda Sobat Wisata yang tertarik dengan kekayaan budaya Nusantara, khususnya dari Kepulauan Bangka Belitung, ada satu tradisi unik masyarakat Melayu yang patut untuk dikenal lebih dalam: Tradisi Nganggung. Tradisi ini bukan sekadar ritual membawa makanan, melainkan cerminan kuat dari semangat gotong royong, kebersamaan, dan kerukunan antarwarga.

Nganggung, yang di daerah pedesaan juga sering disebut Sepintu Sedulang atau Selawang Sedulang, merupakan adat turun temurun di mana setiap kepala keluarga (satu pintu rumah) secara sukarela membawa satu dulang (talam besar) berisi aneka hidangan dari rumah masing-masing menuju tempat pertemuan bersama. Dulang yang sudah tersusun rapi dengan lauk pauk, nasi, kue-kue, dan buah-buahan ini kemudian ditutup dengan tudung saji berwarna-warni, lalu dibawa dengan cara dijunjung atau diangkat setinggi bahu menuju masjid, surau, atau balai desa.

Lebih dari Sekadar Maulid Nabi

Informasi awal menyebutkan bahwa Tradisi Nganggung sering dilaksanakan pada hari besar keagamaan umat Muslim, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW. Namun, dalam perkembangannya, Sobat Wisata dapat menemukan tradisi ini pada berbagai momen penting lainnya.

Berdasarkan penelusuran dan tradisi yang berlaku, acara-acara besar lain yang sangat lekat dengan pelaksanaan Nganggung antara lain:

  1. Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha: Nganggung kerap dilakukan setelah pelaksanaan Salat Id, menjadi momen silaturahmi dan makan bersama untuk merayakan kemenangan.
  2. Perayaan Isra’ Mi’raj: Sama seperti Maulid Nabi, perayaan kenaikan Nabi Muhammad SAW juga dirayakan dengan tradisi Nganggung, biasanya terfokus pada malam hari.
  3. Nisfu Syaban dan Muharram: Acara-acara khusus dalam kalender Islam seperti malam Nisfu Syaban dan Tahun Baru Islam juga sering diiringi dengan Nganggung sebagai bentuk sedekah dan doa bersama.
  4. Acara Sosial Kemasyarakatan: Di luar agenda keagamaan, Nganggung juga dilakukan dalam rangka menyambut tamu kehormatan, perayaan panen raya, acara syukuran, bahkan juga dapat dilakukan saat ada peristiwa duka cita sebagai ungkapan bela sungkawa.

Inti dari Nganggung adalah menjunjung tinggi nilai kebersamaan. Setelah semua dulang terkumpul, biasanya akan dilakukan rangkaian acara seperti pembacaan doa selamat, tahlil, dan ceramah agama. Puncak dari tradisi ini adalah ketika semua hidangan dari berbagai rumah dibuka dan disantap bersama-sama oleh para laki-laki (tradisi asli hanya dihadiri laki-laki, namun di beberapa tempat mulai beradaptasi) yang duduk berbaris. Uniknya, makanan dari satu dulang akan ditukar dengan dulang lain, memastikan setiap orang dapat mencicipi masakan dari tetangganya, memperkuat rasa persaudaraan dan kekeluargaan.

Tradisi Nganggung Sepintu Sedulang ini adalah warisan budaya tak benda yang harus terus dilestarikan. Tradisi ini bukan hanya ritual makan bersama, tetapi adalah filosofi hidup masyarakat Bangka Belitung dalam menjaga silaturahmi dan semangat berbagi.

Bagaimana menurut Sobat Wisata? Acara besar apalagi yang sering diramaikan dengan Tradisi Nganggung di Bangka Belitung?

Related Articles

Back to top button