Cerita Rakyat/Pantun

PEMANCING IKAN YANG MISKIN KAWIN DENGAN PUTERI CINA

Dituturkan oleh H. Rozali HS

Di sebuah kampung di bagian Barat Pulau Bangka, hiduplah seorang pemuda miskin bernama bujang Harek. la hidup sebatang kara karena kedua orangtuanya sudah meninggal dunia. Ketika dia masih kecil, bujang Harek sehari-harinya bekerja sebagai pemancing ikan.

Untuk memancing, bujang Harek mempunyai sebuah jukung yang sangat sederhana dan sudah tua karena hampir setiap hari ada saja bagian dari jukungnya yang bocor sehingga harus ditampal. Sementara itu, layar jukungnya bukan terbuat dari kain tetapi terbuat dari tikar purun.

Karena perahunya kecil dan sering bocor, maka bujang Harek tidak berani memancing agak ke tengah laut, tetapi hanya memancing di daerah sekitar pinggiran pantai. Ikan-ikan yang di peroleh pun kebanyakan ikan-ikan kecil. Tetapi setiap kali bujang Harek pulang memancing sudah ada orang yang menunggu untuk membeli ikan hasil pancingannya. Sebagian ikan hasil pancingan memang dijual oleh bujang Harek untuk membeli keperluan hidup sehari-hari, sedangkan sebagiannya lagi tidak dijual melainkan untuk dimakannya sendiri.

Ada kebiasaan dari bujang Harek yaitu, sebelum ikan-ikan yang akan ia masak untuk dimakan, mata-mata ikan tersebut di cungkilnya dan dimasukan ke dalam tajau. Kebiasaan seperti ini dilakukannya terus menerus dari hari ke hari, bulan ke bulan, bulan berganti tahun hingga terkumpullah sebanyak tiga tajau mata ikan.

Setelah terkumpul sebanyak tiga tajau penuh mata ikan, bujang Harek pun bermaksud menjualnya ke negeri Cina dengan harapan, uang hasil penjualan dapat ditukar dengan kain layar, pancing dan tali pancing. Untuk itu, maka pergilah bujang Harek ke pelabuhan guna mencari orang yang dapat dipercaya menjual barangnya ke negeri Cina. Setelah menemukan orang yang dipercayai, maka dititipkan lah tiga tajau mata ikan untuk disampaikan kepada raja Cina.

Beberapa bulan kemudian sampailah barang milik bujang Harek ke negeri Cina dan diterima oleh raja Cina dengan senang hati. Dengan sabar bujang Harek menunggu kepulangan orang yang dipercayainya dari negeri Cina sambil selalu mendo’akan semoga pelayarannya selamat dan dapat kembali ke kampung halaman. Pekerjaan bujang Harek sehari-hari memancing ikan di laut tetap dilakukan seperti biasa.
Setelah sekian bulan berlalu, tibalah orang yang dipercayai dengan selamat kembali ke kampung halaman. Kedatangannya disambut oleh banyak orang termasuk juga oleh bujang Harek, pemancing ikan yang miskin.
Berduyun-duyunlah orang membantu membawakan barang-barangnya ke daratan, termasuk barang-barang titipan raja Cina untuk bujang Harek, berupa satu buah peti besar berwarna hijau telur asin dan satu kotak kecil yang bagus sekali tampaknya.

Karena barang-barang milik bujang Harek sangat berat, maka bergotong-royong lah orang kampung membawa barang-barang tadi ke rumah bujang Harek.

Tiga hari kemudian, datanglah orang yang dipercayai bujang Harek ke negeri Cina, ke rumahnya, untuk menceritakan pengalamannya selama di negeri Cina.

“Begitu mendarat di pelabuhan, kami disambut oleh hulubalang raja dan langsung diantar menghadap raja Cina. Kemudian kami menyerahkan barang kiriman berupa tiga tajau mata ikan, tidak lupa kami sampaikan pesan-pesan dari kamu sebagai tukaran dari tiga tajau mata ikan tersebut. Raja Cina pun berterima kasih atas kiriman barang dan memberitahukan bahwa apabila rombongan tersebut kembali ke negeri Cina diharapkan untuk datang menghadap raja?, demikian tutur sahabat yang pergi berlayar ke negeri Cina dan bujang Harek si pemancing sangat berterima kasih atas kebaikan sahabat yang dipercayainya tadi.

Setelah sahabatnya pulang, dibukalah oleh bujang Harek kotak kecil kiriman raja Cina yang ternyata isinya sesuai benar dengan pesanannya yaitu kain layar, pancing dan tali pancing yang baru. Menerima barang-barang tersebut alangkah gembiranya hati bujang Harek. Dengan peralatan yang serba baru, semangat bekerja bujang Harek semakin bertambah dan hasil pancingannya dari hari ke hari semakin meningkat, tentu saja termasuk jumlah mata ikan yang dikumpulkannya semakin hari semakin banyak. Pembeli pun seperti biasa selalu menunggu di rumahnya untuk membeli ikan hasil pancingan.

Tetapi ada sesuatu hal yang membuat bujang Harek heran, setiap ia pulang memancing dan masuk ke dalam rumah ia mendapatkan rumahnya sudah disapu bersih. Di atas meja telah terhidang makanan yang enak-enak dan beraneka ragam serta ditutupi dengan tudung yang berkilauan.

Bujang Harek merasa heran siapa gerangan yang telah mengerjakan semua ini. Karena terdorong oleh rasa lapar ia tidak berpikir panjang. Makanan yang tersedia pun langsung dilahapnya. Selesai makan bujang Harek kembali berpikir, siapakah gerangan yang telah menyediakan makanan kepadanya?

Pada suatu hari ia bangun agak pagi dan langsung menyiapkan perbekalan untuk pergi memancing. Setelah sehari penuh memancing, sore harinya barulah ia pulang ke rumah, setelah terlebih dahulu menjual ikan hasil tangkapan.

Sesampai di rumah, kembali bujang Harek tercengang ketika masuk ke rumah dan seperti biasa rumahnya sudah tertata rapi juga di atas meja sudah terhidang aneka makanan yang sangat lezat. Kemudian bujang Harek makan dengan lahapnya. Setelah selesai, ia pun berbaring memikirkan keajaiban ini. Jangan – jangan di dalam peti yang besar itu ada sesuatu rahasia, mungkin seseorang ada di dalamnya, pikir bujang Harek dalam hati.
Karena keletihan, tertidurlah bujang Harek hingga kesiangan. Rencananya hari ini ia akan berpura-pura ke laut, karena ingin mengetahui asal muasal kejadian aneh yang terjadi di rumahnya sepeninggal ia pergi memancing.

Kira-kira beberapa lama dia pergi, kembalilah ia ke rumah serta mengintip dari jauh apa gerangan yang telah terjadi di dalam rumahnya, Dilihatnya ada seorang perempuan sedang membuka jendela rumah, perempuan tersebut amatlah cantik paras rupanya. Perempuan tersebut tidak masuk ke dalam rumah sendirian melainkan ia dikawal oleh dua ekor binatang buas yaitu Harimau dan Buaya.

Bujang Harek lalu masuk ke rumahnya dan menghampiri perempuan cantik tersebut sambil gemetar karena pada waktu mau mendekati perempuan cantik, sang Harimau mengaum dan Buaya membuka mulutnya besar-besar.

“Jangan mengaum dan membuka mulut seperti itu, karena dialah tuan kita sesungguhnya”, kata perempuan cantik itu kepada Buaya dan Harimau. Senanglah hati kedua ekor binatang itu setelah mendengar penjelasan perempuan cantik. Demikian juga bagi bujang Harek.

Bujang Harek lalu mulai menanyakan mengapa mereka bisa sampai di rumahnya yang buruk dan apa pula maksudnya membersihkan lalu menyiapkan makanan untuknya dan ditanyakan juga kenapa bisa dikawal oleh dua ekor binatang buas.

Sang perempuan cantik lalu menjawab,”Saya dikirim oleh kedua orangtua saya, raja Cina untuk menikah dengan abang dan mengurus keperluan abang, sedangkan kedua binatang buas yang jinak ini adalah para pengawal ku yang setia”. Mendengar penjelasan demikian, alangkah terkejutnya bujang Harek sehingga langsung jatuh pingsan.

Beberapa saat kemudian barulah dia sadarkan diri dan perempuan cantik puteri raja Cina kembali akan melanjutkan penjelasannya, tetapi langsung dipotong ucapannya oleh bujang Harek,”Apakah kebaikan saya yang miskin dan hina ini terhadap orangtuamu, sehingga mereka menjodohkan mu dengan saya?”

Kemudian puteri raja Cina menjawab,”Bahwa tiga buah tajau yang abang kirim diletakkan oleh orangtua saya di serambi rumah kami, setelah saya buka dari dalam guci tersebut memancarkan kilauan-kilauan cahaya. Setelah itu ketiga tajau tersebut dibawa ke dalam rumah dan setelah dibuka isinya tak lain dan tak bukan adalah berjenis-jenis permata, yang terdiri atas permata intan, permata zamrud dan permata berlian, bukan mata ikan seperti yang dikirim oleh abang. Kedua orangtua saya sangatlah senang atas kiriman permata-permata itu yang menurut mereka bila permata-permata tersebut dijual sudah bisa membeli tiga negeri seperti negeri kami dan sebagai balasan atas kebaikan ini, maka kedua orangtua saya meminta saya untuk mendampingi abang. Dan saya sangatlah senang atas perintah kedua orangtua saya. Selang beberapa hari kemudian oleh orangtua saya disuruhlah para hulubalang membuat sebuah peti yang besar yang dapat memuat dua ekor binatang buas untuk menjaga diri saya dan rumah kita nantinya. Kemudian semua perbekalan berupa bahan makanan, pakaian yang telah saya siapkan untuk abang kemarin, dimasukkan juga ke dalam peti besar itu. Sedangkan di dalam peti kecil tersimpan barang-barang pesanan abang seperti kain layar, pancing serta tali pancing, demikianlah ceritanya hingga saya dan semua barang-barang ini tiba dengan selamat di rumah abang”, tutur puteri raja Cina dengan panjang lebar.

Selanjutnya puteri raja Cina mengatakan kepada bujang Harek, “Abang jangan bimbang dan ragu karena saya telah berjanji di hadapan kedua orangtua untuk selalu setia kepada abang”, jelasnya lagi.

Seperti biasa, para pembeli yang menjadi pelanggan ikan bujang Harek mendatangi rumahnya untuk membeli ikan hasil tangkapan, namun hari itu tidak ada ikan yang bisa dijual karena bujang Harek tidak turun ke laut.

Saat orang-orang mau memasuki rumahnya, mereka dikejutkan oleh kehadiran dua ekor binatang buas penjaga rumah beserta seorang perempuan yang cantik.

Berita adanya dua ekor binatang buas dan seorang puteri cantik di rumah bujang Harek begitu cepat menyebar bahkan terdengar sampai ke telinga raja.

Untuk membuktikan kebenaran berita tersebut, raja mengutus hulubalang untuk menyelidikinya. Setelah diselidiki dan ternyata benar, lalu disampaikan kepada baginda raja.

Karena penasaran akan kecantikan puteri raja Cina seperti yang diceritakan orang-orang, maka baginda raja memutuskan untuk membuktikan sendiri kebenaran berita tersebut dan terutama sekali untuk melihat puteri raja Cina yang cantik jelita.

Ketika bujang Harek tidak di rumah dan pergi ke laut, datanglah raja ke rumahnya dan memanggil puteri raja Cina. Kemudian muncullah dari balik salah satu jendela rumah, wajah seorang wanita cantik menyambut panggilan raja.

Kemudian baginda raja membujuk puteri raja Cina dengan kata-kata dan rayuan yang manis untuk diajak tinggal bersamanya di istana kerajaan. Namun semua ajakan tersebut hanya dijawab puteri raja Cina dengan diam membisu seribu bahasa.

Penduduk kampung yang mendengar kedatangan baginda raja ke rumah bujang Harek, berduyun-duyun pergi melihat gerangan apa yang telah terjadi. Begitulah berulang-ulang raja mendatangi rumah bujang Harek untuk membujuk puteri raja Cina. Setiap kedatangan baginda raja ke rumah bujang Harek justru dilakukan ketika bujang Harek sedang tidak berada di rumah atau ketika bujang Harek sedang bekerja memancing ikan di laut. Akan tetapi semua bujuk rayu baginda raja kepada puteri raja Cina tetap dijawab dengan diam seribu bahasa.

Setelah lima kali baginda raja datang membujuk dengan berbagai cara dan rayuan untuk mengajak puteri raja Cina tinggal di istana kerajaan disaat bujang Harek tidak ada di rumah, barulah kejadian ini diceritakan puteri raja Cina kepada bujang Harek.

Setelah mendengar penuturan puteri raja Cina tersebut dan bagaimana kukuhnya ia memegang pendirian serta melaksanakan amanat dan janjinya kepada kedua orangtuanya untuk setia mendampingi bujang Harek, barulah kemudian bujang Harek sadar bahwa perempuan cantik ini memang cocok untuk menjadi pendamping hidupnya. Kemudian mereka pun kawin dan mulai saat itu resmilah keduanya menjadi sepasang suami isteri.

Mendengar berita perkawinan puteri raja Cina dengan bujang Harek, baginda raja menjadi murka, lalu beliau menyusun sebuah tipu muslihat untuk mencelakai bujang Harek.
Suatu ketika baginda raja berpura-pura sakit dan meminta agar penyakitnya diobati oleh bujang Harek. Alangkah gusar perasaan hati bujang Harek mendapat perintah tersebut karena ia sadar dirinya bukanlah seorang tabib yang punya keahlian untuk mengobati orang yang sakit, dirinya hanyalah seorang nelayan biasa yang keahliannya hanyalah memancing.

Kegusaran hatinya akhirnya diketahui oleh sang isteri dan berkat nasehat serta anjuran isterinya, menghadaplah bujang Harek memenuhi panggilan raja.

Setelah ada di hadapan raja, bertambah lagi kegusaran hati bujang Harek karena ia mendapat tugas yang sangat berat yakni mencari air susu Naga beranak pertama yang berada di negeri Naga sebagai obat penyakit raja. Perintah raja merupakan hal yang mustahil dapat dikerjakannya mengingat letak negeri Naga sangat jauh kemudian harus melewati lautan yang sangat luas dan dalam. Namun karena itu titah seorang raja, mau tidak mau ia harus menyanggupinya, karena kalau tidak dilaksanakan tentulah ia akan mendapat hukuman yang berat. Syukur-syukur kalau tidak dihukum mati.

Dengan perasaan gusar dan tubuh yang lunglai bujang Harek pulang ke rumah dan menceritakan titah raja kepada isterinya. Sang isteri, setelah mendengar penuturan suaminya, berkata,”Abang janganlah bimbang, saya punya sebuah garu ajaib pemberian ayah dan bunda, moga-moga garu ini bisa membantu kita menemukan dan mendapatkan air susu Naga beranak pertama seperti yang diperintahkan raja?. Kemudian diambillah sebuah garu dari dalam peti besar yang dulu dibawa dari negeri Cina. Setelah itu garu tersebut mereka pegang berdua sambil memejamkan mata dan berkata kepada garu agar mereka dapat diantarkan ke negeri Naga yang berada di seberang lautan.

Dengan sekejap mata mereka telah sampai di tempat tujuan dan setelah membuka mata, alangkah terkejutnya bujang Harek mendapatkan dirinya beserta isteri telah berada di hadapan raja Naga.

Setelah mendengar penjelasan dari bujang Harek tentang maksud dan tujuannya ke negeri Naga, maka oleh raja Naga diberilah mereka sebotol air susu Naga beranak pertama, kemudian berpamitan lah mereka untuk kembali pulang. Dengan menggunakan garu ajaib pemberian orangtuanya yang berasal dari negeri Cina sampailah mereka dengan selamat di rumah.

Keesokan harinya bujang Harek pergi menghadap raja untuk menyerahkan air susu Naga yang akan dipergunakan sebagai obat penyakitnya. Selang beberapa hari kemudian kembali datang menemui bujang Harek, seorang hulubalang kerajaan menyampaikan pesan baginda raja agar dirinya kembali menghadap raja untuk menerima perintah.

Hati bujang Harek kembali gusar, apa pula muslihat yang akan dilakukan raja untuk melenyapkan dirinya. Kegusaran bujang Harek pun diketahui oleh isterinya dan atas anjurannya, pergilah keesokan harinya, bujang Harek menemui baginda raja di istana.

Setelah bertemu raja maka diperintahnya bujang Harek untuk mengambil air susu Harimau beranak pertama sebagai obat untuk mengobati penyakitnya. Dengan berat hati dan perasaan gusar perintah raja tersebut terpaksa diterima oleh bujang Harek. Sesampai di rumah diceritakanlah kepada isterinya perintah baginda raja yang dirasakannya sangat tidak masuk akal, di samping itu tempat tinggal Harimau berada di rimba belantara yang jaraknya harus memakan waktu selama tujuh hari tujuh malam.

Isteri bujang Harek pun kemudian berkata,”Kalau demikian perintah baginda raja, hendaklah dilaksanakan”, begitu nasehat isterinya kepada bujang Harek.

Atas petunjuk isterinya bersiaplah bujang Harek untuk mencari air susu Harimau beranak pertama dan dengan bantuan garu ajaib, sekejap mata sampailah bujang Harek ke negeri Harimau.

Setelah mendengar penjelasan bujang Harek, oleh raja Harimau dikabulkan lah permintaan tersebut. Kemudian setelah mengucapkan terima kasih, berpamitan lah bujang Harek kepada raja Harimau untuk kembali pulang.
Setelah bujang Harek tiba di rumah, isterinya menceritakan bahwa sebenarnya semua titah raja yang diperintahkan kepadanya adalah muslihat raja untuk melenyapkan dirinya dan ingin mengambil dirinya untuk dijadikan isteri. Akan tetapi setiap usaha raja selalu ditolak dengan cara diam seribu bahasa. Mendengar penuturan isterinya alangkah geramnya bujang Harek. Namun dirinya tidak dapat berbuat apa-apa karena dirinya hanyalah seorang pemancing ikan. Sementara itu bujang Harek semakin sayang kepada isterinya karena kesetiaan yang luar biasa yang telah ditunjukkan oleh isterinya.

Seperti biasa, ke esokkan harinya, diantar lah air susu Harimau beranak pertama kepada raja. Kali ini bukan hanya bujang Harek yang menghadap raja, namun isterinya pun diajaknya.

Setelah mendapatkan susu Harimau beranak pertama, raja kembali menitahkan kepada bujang Harek agar ia mencari air susu Gajah beranak pertama.

Sesampai di rumah ia memutuskan untuk tidak memenuhi lagi perintah raja, karena ia sudah mengetahui segala tindak tanduk raja selama ini hanyalah untuk mengelabui dirinya. Atas petunjuk isterinya mereka memutuskan untuk menghadapi segala yang akan terjadi akibat tidak menjalankan perintahnya raja. Untuk itu dianjurkan oleh isterinya agar bujang Harek pura-pura sakit.

“Kalau begitu kita tunggu saja disini dan kita akan hadapi apa yang akan dilakukan oleh raja, bila abang sakit”, kata si isteri bujang Harek.

Setelah dua hari datanglah raja ke rumah pemancing, betapa kesal hatinya setelah mendengar penjelasan dari isteri bujang Harek, bahwa suaminya sedang sakit.

Selang tiga hari kemudian bujang Harek dipanggil oleh raja dan dikabarkan bahwa apabila ia tidak melaksanakan titah raja, maka rumahnya akan dihancurkan.

Mendengar ancaman raja yang demikian, lalu bujang Harek beserta isterinya berpikir untuk tetap menghadapinya dengan tetap tinggal di rumahnya.

Kemudian sang isteri mengambil empat lembar sapu tangan ajaib pemberian ayah bundanya dari dalam peti lalu dipasangnya sapu tangan ajaib tersebut di empat penjuru rumah.

Seminggu kemudian pasukan raja datang menggempur rumah bujang Harek. Mengetahui rumahnya diserang oleh pasukan kerajaan, maka isteri bujang Harek segera membakar garu ajaib pemberian ayahnya.

Tembakan meriam dan senjata bertalu-talu selama tujuh hari tujuh malam ditujukan ke rumah bujang Harek. Saking gencarnya serangan, rumah tersebut tak tampak lagi oleh mata karena ditutupi oleh asap-asap mesiu.

Melihat kejadian itu dan menganggap rumah tersebut sudah hancur maka kembalilah pasukan kerajaan ke istana. Tiga hari kemudian didapatilah kabar bahwa rumah bujang Harek tidak sedikitpun yang rusak. Rumah bujang Harek yang mereka gempur tetap utuh seperti semula.

Mendengar laporan dari hulubalangnya tentang keadaan tersebut, raja menjadi gusar dan takut. Raja berpikir tentulah bujang Harek seorang yang sakti dan raja sangat khawatir kalau-kalau bujang Harek melakukan penyerangan terhadap istana kerajaan guna membalas dendam.

Raja lalu memanggil para menteri dan penasehatnya untuk menghadapi masalah ini, lalu diputuskanlah untuk memberi tanah yang luas kepada bujang Harek beserta isterinya untuk membangun rumah baru dan semua biaya ditanggung oleh pihak istana kerajaan. Keputusan itu lalu disampaikan kepada bujang Harek. Dan setelah berunding dengan isterinya tawaran tersebut diterimanya.

Pada suatu malam, pemancing miskin dengan isterinya melihat-lihat tanah yang akan dibangun rumah tersebut, seketika itu juga isteri membakar garu dan meminta apa yang dimaksud dan seketika itu pulalah berdiri dengan megahnya sebuah bangunan besar yang mewah lengkap dengan segala perabotnya, Seketika itu pulalah kedua suami isteri tersebut pindah ke rumah baru tersebut. Tiga hari kemudian raja beserta para hulubalang datang ke tempat tersebut dan alangkah terkejut dan herannya mereka setelah melihat di tanah kosong tersebut telah berdiri sebuah bangunan yang megah dan mewah.

Melihat keajaiban tersebut raja berpikir bahwa segala cobaan berat yang di embankannya kepada bujang Harek, ternyata selalu dapat dikerjakannya dengan baik, maka raja bersama-sama dengan para menterinya memutuskan untuk mengangkat bujang Harek sebagai orang yang akan menggantikan dirinya kelak sebagai seorang raja. Sejak saat itu bujang Harek, si pemancing ikan yang miskin menjadi terkenal serta terhormat.

Beberapa bulan kemudian diundanglah kedua orangtua isterinya untuk datang ke negerinya. Sejak menikahi isterinya, bujang Harek belum pernah bertemu dan tidak kenal sama sekali dengan mertuanya.

Beberapa bulan kemudian tibalah mertuanya. Pertemuan itu penuh dengan segala suka cita. Mereka saling menceritakan pengalaman masing-masing selama berpisah.

Untuk menghormati pertemuan itu dan merayakan pengangkatan bujang Harek pemancing miskin menjadi calon pengganti raja diadakanlah pesta besar-besaran selama tujuh hari tujuh malam lamanya dan seluruh anak negeri ikut bersuka ria.

Cerita ini diketik ulang dari buku “Kumpulan Cerita Rakyat” dengan judul “Kera & Lutung Berebut Kelekak”
Penyusun: Drs. Akhmad Elvian & Suhada, S.Pd
Editor : Willy Siswanto
Dituturkan oleh H. Rozali HS
Diterbitkan Oleh Dinas Pariwisata Kota Pangkalpinang

Related Articles

Back to top button