Makam Misionaris & Bruder
Perang dunia II membawa dampak yang sangat buruk bagi perkembangan gereja di Pangkalpinang. Pada bulan Februari 1942 serdadu Jepang mulai masuk ke Bangka. Pada tanggal 10 April 1942 Mgr. Bouma SS.CC. para imam dan Bruder berkebangsaan Belanda ditahan Jepang dan dimasukan kekamp tahanan di Pangkalpinang. Selanjutnya pada bulan Mei mereka dipindahkan ke kamp Mentok dan pada bulan Maret 1945 dipindahkan ke Belalau, Lubuk Linggau. Untuk perawatan ummat Khatolik di Pangkalpinang dan Bangka Belitung dilakukan oleh Pastor Boen dan Bruder Angelus Manopo dan ini berlangsung sampai takluknya Jepang dan Kemerdekaan Republik Indonesia pada Tahun 1945. Pimpinan Gereja Khatolik Bangka Belitung dan Riau Mgr. Bouma SS.CC. meninggal di kamp tahanan Belalau, Lubuk Linggau pada tanggal 19 April 1945. Dari 11 misionaris yang masuk tahanan hanya tiga orang yang masih bertahan hidup. Pada awal tahun 1950, tulang belulang para misionaris yang meninggal di kamp tawanan Jepang ini dikumpulkan dan dimakamkan lagi di Kompleks Buderan Budi Mulia di Jalan Sungai Selan.