
Zaman dahulu di hutan-hutan Kepulauan Bangka Belitung banyak sekali penghuninya, karena hutannya masih sangat lebat. Bermacam jenis binatang dan tumbuhan hidup secara rukun dan damai. Binatang-binatang tersebut dapat berbicara sebagaimana manusia. Konon,di antara binatang-binatang tersebut ada satu binatang yang sangat cerdik yaitu Pelanduk.
Binatang tersebut berkaki empat, bentuk tubuhnya kecil dan kakinya tidak ditumbuhi bulu. Konon menurut cerita, karena dimakan api pohon Seruk ketika berlari menghindari kejaran Asuk yang marah telah ditipu oleh Pelanduk.
“Karena kecerdikannya, apabila Harimau, sang raja hutan pergi, maka Pelanduk menjadi raja'”. Pepatah ini masih sering digunakan orang Bangka untuk mengkiaskan seseorang yang cerdik pandai.
Pelanduk dianggap sebagai binatang yang cerdik dan pandai karena sering memperdaya dan dapat mengalahkan binatang-binatang yang lebih besar seperti Rusa, Kijang dan Buaya. Bahkan raja hutan sendiri sering diperdaya oleh Pelanduk.
Karena cerdik dan pandai Pelanduk juga sering dimintai pendapat dan nasehat oleh binatang teman-temannya, sesame penghuni hutan. Suatu ketika, Pelanduk berjalan-jalan di hutan. Sampailah Pelanduk ke suatu pantai dan disana ia bertemu dengan seekor Siput yaitu sejenis hewan yang berdaging lunak, karena tak bertulang, hidupnya dalam sebuah cangkang yang terbuat dari zat kapur dengan beraneka bentuk dan warna. Siput ada yang hidup di laut, darat dan di sungai. Siput terkenal dengan jalannya yang sangat lambat dan apabila memanjat tidak bisa turun.
Karena iseng tak ada pekerjaan, timbul dalam benak sang Pelanduk untuk memperdaya Siput. Kepada Siput dia berkata, “Put, kalau berjalan, bangsa kalian sangat lambat”. Siput merasa tersinggung dengan ucapan Pelanduk yang dianggapnya sombong. Lalu Siput berkata kepada Pelanduk, “Kalau kami bangsa Siput dikatakan berjalan -lambat, bagaimana jika ku ajak kamu berlomba lari?”
Mendengar tawaran Siput tersebut, Pelanduk tertawa terpingkal-pingkal. Maka Pelanduk berkata,Β “PastiΒ akuΒ akan menang. Jalanmu saja seperti itu lambatnya. Berlari pun pasti juga lambat'”.
Karena penasaran dengan tawaran Siput yang mengajaknya lomba lari, maka Pelanduk mengajak Siput berhenti dan berbicara di bawah sebatang pohon pisang. Pelanduk berkata, “Put apakah kamu tidak bercanda mengajak saya berlomba lari?”
Lalu dijawab oleh Siput, “Memangnya kenapa? Kalau kita berlomba lari, apakah kamu takut kalah?”
“Siapa takut?”, kata Pelanduk. “Bagaimana kalau besok kita lomba lari disini?”, tantang Pelanduk dengan yakinnya.
Setelah berpikir sejenak Siput menjawab, “Baik”. Besok kita adakan lomba lari dan caranya kita berlari dari pohon pisang ini sampai ke ujung pohon pisang sebelah sana. Setiap sepuluh langkah kamu berlari, kamu harus memanggil dan bertanya, “put, dimana kamu?”, untuk mengukur posisi kita masing-masing. Siapa yang sampai duluan,dia yang menang”.
Setelah keduanya sepakat tentang aturan lomba lari, maka Pelanduk segera pulang ke tempatnya. Tanpa diketahui oleh Pelanduk, di pohon pisang tempat mereka berbicara banyak sekali Siput yang mendengarkan pembicaraan tersebut.
Setelah Pelanduk pergi, siput-siput lalu keluar dari sela-sela pohon pisang. Siput lalu menjelaskan kepada teman-temannya,”Teman-temanku sebangsa dan setanah air, maukah kalian menolongku?”
“Put, apa yang harus kami bantu?”, secara serentak siput-siput menyahut.
“Begini” katanya, sambil memperbaiki letak duduknya. “Aku diajak Pelanduk lomba lari. Itukan soal yang mustahil sebenarnya untuk dilaksanakan. Tentunya bangsa kita tak akan memenangkan perlombaan tersebut karena kita memang tercipta sebagai makhluk dengan keadaan tak kuat berlari. Tapi menurutku kita bisa menang dengan menggunakan akal kita “Bagaimana caranya? Kami tak paham”, kata teman-temannya.
“Begini. Aku memerlukan 19 (sembilan belas) dari kalian untuk aku tempatkan di beberapa tempat pada setiap sekitar sepuluh langkah Pelanduk, siapa kira-kira yang bersedia?”.
Masing-masing Siput mengajukan diri dengan antusias.
“Wah, kalian memang teman yang baik, tapi tidak mungkin kalian semua ikut. Seperti kataku tadi, cukup Sembilan Β belas teman-teman. Nanti yang tidak terpilih jangan kecewa,ya. Aku akan mencari di antara saudara kita yang suaranya sangat lantang”.
Kemudian mulailah Siput melakukan seleksi. Dan akhirnya terpilih lah sembilan belas Siput yang suaranya lantang. Lalu diberi tahukan apa yang harus dilakukan oleh sembilan belas Siput tadi. Pada setiap sepuluh langkah harus ada satu ekor Siput yang akan menjawab jika Pelanduk memanggil. Sedangkan dia sendiri akan berada pada garis finish dan digaris start adalah siput yang bentuk, ukuran maupun warna kulit yang sama dengan dirinya.
Setelah mengerti bagaimana siasat yang akan dijalankan, maka mereka segera menempatkan diri di tempat masing-masing yang telah ditentukan untuk menunggu perlombaan yang akan dilaksanakan esok harinya.
Keesokan harinya ketika matahari mulai terbit, datanglah Pelanduk dengan gagahnya ke tempat perlombaan. Setelah bertemu Siput dengan sombongnya Pelanduk berkata,”Bagaimana? sudah siap, Put?”.
“Ya. Saya sudah siap”, kata Siput yang berada paling depan. Kemudian perlombaan lari dimulai diawali dari pohon pisang pertama. Pada hitungan ketiga, berlarilah Pelanduk dan Siput. Pada beberapa langkah Pelanduk berlari, Siput pertama menghilang tanpa setahu Pelanduk.
Tepat pada sepuluh langkah Pelanduk berlari, sesuai perjanjian sebelumnya, Pelanduk memanggil Siput, “Put, kamu sudah dimana?”
“Di sini saya. Di depan kamu”, jawab Siput.
Pelanduk yang merasa tertinggal, terus berlari. Kemudian pada sepuluh langkah berikutnya Pelanduk kembali memanggil Siput,”Put,kamu sudah dimana?”, “Disini.Di depan kamu”, jawab Siput.
Pelanduk merasa dirinya sudah tertinggal dari Siput, terus berlari semakin kencang dan pada sepuluh langkah, Pelanduk memanggil Siput,”Put, kamu sudah dimana?”
“Disini. Di depan kamu”, jawab Siput.
Begitulah seterusnya. Setiap sepuluh langkah Pelanduk berlari, Siput telah berada di depannya,hingga hampir mendekati pohon pisang tanda batas akhir perlombaan.
Pelanduk bertanya,”Put. Kamu sudah dimana?”
“Disini. Di depan kamu,saya sudah sampai di pohon pisang”, jawab Siput. Terperangah lah Pelanduk. Lemas tubuhnya. Dia tak habis pikir, Siput yang jalannya lambat bisa memenangkan perlombaan lariΒ tersebut.